Kamis, 11 Februari 2016

Produktif Muslim (Bagian 4)

05:00: Perjalanan menuju rumah melafalkan doa untuk permohonan malam seperti yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad (saw). Setelah selesai, Anda baik dapat hanya menikmati perjalanan yang tenang rumah atau mendengarkan podcast bermanfaat yang menginspirasi Anda. Para ilmuwan telah menemukan bahwa menghabiskan beberapa menit waktu yang tenang di perjalanan kembali ke rumah meningkatkan tingkat kita kebahagiaan dan membantu kita memproses semua peristiwa hari sejauh ini.
06:00: Ini saat matahari tenggelam, Dimana Anda menutup hari ini. Berdoa dengan doa Maghrib di rumah / masjid dan berada dalam keadaan meminta Allah untuk pengampunan atas segala kekurangan Anda di siang hari.
07:00: Makan malam bersama keluarga, meminta mereka tentang hari mereka, berbagi cerita, pelajaran, rencana, dll (Tip: Mintalah setiap anggota keluarga Anda untuk berbagi satu hal yang mereka syukuri hari itu).
08:00: Semua layar elektronik dimatikan TV, Handphone, dll). Cahaya biru dari layar mempengaruhi tidur Anda dan mengurangi pelepasan hormon alami dalam otak Anda yang disebut melatonin yang membantu Anda tidur di malam hari. Anda memerlukan setidaknya 2-3 jam waktu layar mati sebelum Anda tidur. Jika Anda menggunakan ponsel Anda sebagai alarm, memasangnya modus Pesawat (atau "Jangan diganggu" mode) sehingga Anda tidak tergoda untuk memeriksa telepon Anda untuk pesan atau pemberitahuan. Berdoa Isya di masjid / rumah dan jangan lupa doa sunnah.
08:30: Menyiapkan pakaian Anda dan makanan untuk hari berikutnya. Hal ini menghemat waktu Anda di pagi hari.
09:00: Mulai mereda untuk tidur - bersiap-siap untuk tidur, berwudhu, sikat gigi, menghabiskan waktu dengan pasangan Anda setelah anak-anak pergi ke tempat tidur, membaca buku yang bermanfaat, dan berdoa sebelum tidur.

Aslinya sebagai berikut:
  • 05:00pm: Commute home reciting the duas for evening supplications as taught by our Prophet Muhammad (PBUH). Once completed, you can either simply enjoy the quiet commute home or listen to a benficial podcast that inspires you. Scientists have found that spending a few minutes of quiet time in the commute back home increases our level of happiness and helps us process all the events of the day so far. 
  • 06:00pm: It's sunset. Your day is closing. Pray Maghreb prayer at home/masjid and be in a state of asking Allah for forgiveness for any shortcomings you've had during the day. 
  • 07:00pmDinner with family, asking them about their day, sharing stories, lessons, plans, etc (PRO Tip: Ask each member of your family to share one thing they are grateful for that day).
  • 08:00pmAll screens off (TVs, iPhones, iPads, etc). Blue light from screens affects your sleep and reduces the release of a natural hormone in your brain called Melatonin that helps you sleep at night. You need at least 2-3 hours of no screen time before bed. If you use your phone as an alarm, put it on Airplane mode (or "Do Not Disturb" mode) so you're not tempted to check your phone for messages or notifications. Pray Isha at the masjid/home and don't forget your sunnah prayers.
  • 08:30pm: Plan out your clothes and meals for next day. This saves you time in the morning.
  • 09:00pm: Start winding down for sleep - get ready for bed, make wudhu, brush and floss teeth, spend quality time with your spouse after kids gone to bed, read a beneficial book, and make the dua before sleeping.

Jumat, 05 Februari 2016

Tafsir Ibnu Katsir (Mukadimah & Pendahuluan Al-Fatihah)





Mukadimah
Tafsirnya (Ibnu katsir)  ini merupakan tafsir terbesar dan mengandung manfaat yang luar biasa banyaknya. Sebuah tafsir yang paling besar perhatiannya, terhadap manhaj tafsir yang benar, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir sendiri dalam mukadimah yang disampaikannya, "Metode penafsiran yang paling benar, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan al-Qur'an. Jika anda tidak dapat menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an, maka hendaklah anda menafsirkannya dengan hadits. Dan jika tidak menemukan penafsirannya di dalam al-Qur' an dan hadits, maka hendaklah merujuk pada pendapat para sahabat, karena mereka lebih mengetahui berdasarkan konteks dan kondisi yang hanya merekalah yang menyaksikannya, selain itu mereka juga rnemiliki pemahaman yang sempurna, pengetahuan yang benar, dan amal shalih. Namun jika tidak ditemukan juga, maka kebanyakan para imam merujuk kepada pendapat para tabi'in dan ulama sesudahnya."
Bagaimana cara tafsir yang terbaik? Sebaik-baik dan setepat-tepat cara ialah menafsirkan ayat dengan ayat Al-Qur’an, sebab ada kalanya yang disingkat di suaty ayat diperinci / dijelaskan dilain ayat, tetapi jika tidak mendapatkan pengertian dari ayat, maka kembalilah kepada sunaturrasul SAW. Sebab sunaturrasul itulah yang mensyarahkan Al-Qur’an dan menjelaskannya, sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Kami turunkan kitab kepadamu, melainkan supaya kau jelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, juga untuk menjadi petunjuk hidayat dn rahmat bagi kaum yang beriman (percaya).” (An-Nahl:64).
Karena itu pada Nabi SAW bersabda:
“Ingatlah sungguh aku telah dituruni (diberi) Al-Qur’an dan yang serupa dengan Al-Qur’an disamping Al-Qur’an  (yakni sunnaturrasul SAW). (HR. Abu Dawud dari Almiqdam bin Ma’di Karib RA.).
Sebab sunnaturrasul SAW. Itu juga sebagai wahyu yang turun pada Nabi SAW. Hanya berbeda letaknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Nabi Muhammad SAW itu berkata-kata menurutkan hawa nafsunya, tidak lain yang ia ajarkan semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah SWT kepadanya.” (An-Najm)
Tujuannya supaya saudara mencari tafsir ayat Al-Qur’an dari lain ayat. Jika tidak dapat maka carilah dari sunnaturrasul, sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW, kepada Mu’adz bin Jabal RA. Ketika mengutusnya ke Yaman:
Rasulullah SAW: “Dengan apakah anda akan menghukum?”
Mu’adz: “Dengan kitab Allah SWT.”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Dengan sunnaturrasul SAW”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Saya akan itjtihad sekuat fikiranku.”
Maka Rasulullah SAW menepuk dadanya sambil bersabda: “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah kepada apa yang memuaskan Rasulullah SAW. (HR. Ahlisunan dan Almusnad dengan sanad baik).
Yakni jika kita tidak mendapatkan tafsiran ayat itu dari ayat Al-Qur’an kemudian tidak menemukan keterangannya dalam sunnaturrasul, maka kita mencari pendapat sahabat Nabi SAW, sebab mereka lebih mengetahui masa turunnya ayat dan sebabnya dan keadaannya selain dari semua itu mereka orang-orang yang ikhlas dan ahli taqwa sehingga mereka mempunyai faham yang sempurna dan pengetahuan yang sehat, terutama ulama dan pemimpin mereka seperti khulafa’ arrasyidin dan telah mendapat hidayat.
Dan diantara ulama’ sahabat ialah Abdullah bin abbas RA, yang telah dido’akan oleh Nabi SAW.“Ya Allah pandaikan ia dalam agama, dan ajarkan kepadanya ilmu tafsir (Ta’wil Al-Qur’an)”.
“Sampaikanlah dari ajaranku walau hanya satu ayat, dan ceriterakan hal Bani israi’il dan tidak berdosa, siapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah menempatkan diri dalam neraka (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr RA.)


Arti “Surat”
Para ulama berbeda pendapat mengenai arti kata surat, dari kata apa ia diambil? Ada yang, berpendapat bahwa kata “surat” itu berasal dari 2 kata yang bermakna kejelasan dan ketinggian.
Artinya ketinggian dan penerangan, seakan-akan pembaca Al-Qur’an berpindah dari kedudukan (satu tingkatan)) ke tingkatan yang lebih tinggi, atau karena mulyanya. Ada juga yang mengatakan, disebut surat karena ia potongan dan bagian dari al-Qur'an yang berasal dari kata “sor”. Menurut penulis, boleh juga berasal dari rangkuman dan liputan terhadap ayat-ayat yang dikandungnya, seperti halnya pagar negeri disebut demikian karena meliputi rumah dan tempat tinggal penduduknya.


Sedangkan ayat merupakan tanda pemutus kalimat sebelumnya dengan yang sesudahnya, artinya terpisah dan tersendiri dari lainnya (ayat lanjutannya). Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya ayat (tanda) kekuasaanNya." (Qs. Al-Baqarah: 248).

Sedangkan yang dimaksud kalimat (kata) itu adalah satu lafaz saja, tetapi bisa juga terdiri dari dua huruf, misalnya “la” dan  ”ma”, dan lain sebagainya. Atau bahkan lebih dari dua huruf, dan paling banyak adalah sepuluh huruf, misalnya,”layastakh lifannahum”. Dan terkadang satu kalimah menjadi ayat. Abu seperti: “wal ashri, wal fajri, thaha, yasiin”. Amr ad-Daani mengatakan, “aku tidak mengetahui satu kalimah rnerupakan satu ayat kecuali firman Allah “muthaammatan” yang terdapat dalam surat ar-Rahman. Al-Qurthubi mengatakan, para ulama sepakat bahwa di dalam al-Qur' an tidak terdapat satu pun susunan kata yang aj'amiy (bukan bahasa Arab). Dan mereka sepakat bahwa di dalam al-Qur'an itu terdapat beberapa nama asing (non Arab) misalnya lafazh Ibrahim.


Disebut al-Fatihah artinya pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan al-Fatihah itu dibuka bacaan di dalam shalat. Anas bin Malik menyebutkan, al-Fatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhurul ulama. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda:Surah alhamdu lillahi rabbilaalamiin (al-Fatihah) adalah Ummul Qur'an, juga Ummul Kitab, dan as-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan al-Qur'anul Azhim."


Surat ini disebut juga dengan sebutan al-Hamdu dan ash-Shalah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah SAW, dari Rabbnya, Dia berfirman: ''Aku membagi shalat antara diriku dengan hamba-Ku menjadi 4 bagian.Jika, seorang hamba mengucapkan: 'alhamdulillahi rabbil 'alamin' maka Allah berfirman, Aku telah dipuji oleh hamba-Ku"


Al-Fatihah disebut ash-Shalah, karena al-Fatihah itu sebagai syarat sah-nya shalat. Selain itu, al-Fatihah disebut juga asy-Syifa'. Berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi dari Abu Sa'id, sebagai hadits marfu': "Fatiharul kitab itu merupakan syifa' (penyembuh) dari setiap racun."

Juga disebut ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa'id, yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang yang terkena sengatan, maka Rasulullah SAW bersabda: "Dari mana engkau tahu bahwa al-Fatihah itu adalah ruqyah. "

Surat al-Fatihah diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Demikian dikatakan Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abu al-'Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di Madinah (Madaniyah). Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha' bin Yasar, dan az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat al-Fatihah turun dua kali, sekali turun di Mekkah dan yang sekali lagi di Madinah. Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Allah SWT : Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab'an minal matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang)'~ (QS. Al-Hijr: 87). Wallahu a'lam.
Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 zardhan. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top