BAB I
PONDASI
1.1 PENGERTIAN PONDASI
Pondasi merupakan
bagian dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunanan pada lapisan
tanah pendukung pondasi.
Untuk menentukan tipe
pondasi perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.
Kondisi tanah pendukung pondasi,
2.
Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya,
3.
Batasan-batasan dari sekitarnya,
4.
Waktu dan biaya pekerjaan.
Tipe pondasi yang
sesuai dengan kondisi tanah pendukung pondasi antara lain:
1.
Tanah pendukung pondasi terletak pada muka tanah atau 2 sampai 3 meter
dibawah muka tanah, maka digunakan pondasi telapak (spread foundation).
2.
Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter dibawah
muka tanah, maka digunakan pondasi tiang.
3.
Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter dibawah
muka tanah, jika penurunan diizinkan digunakan pondasi tiang friction pile, jika penurunan tidak
diizinkan digunakan tiang pancang (pile
driven foundation).
4.
Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalamaman sekitar 30 meter
dibawah muka tanah, digunakan tiang baja atau tiang yang cor ditempat. Atau
dengan pondasi kaison terbuka dan atau dengan kaison tertutup jika tekanan
udara kurang dari 3 kg/cm2.
5.
Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter
dibawah muka tanah, digunakan tiang baja atau tiang beton.
1.2. PERENCANAAN
PONDASI
Pada umumnya pondasi
bangunana dapat dibagi dalam tiga golongan utama yaitu:
1.
Pondasi langsung (spread footings)
dan pondasi plat (rafts foundation).
Juga disebut pondasi dangkal dan pondasi plat atau pondasi terapung (floating foundation), dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Pondasi telapak dan pondasi plat diatas lempung kuat / daya dukung tanah
lempung dapat ditentukan berdasarkan formula Terazaghi dan formula Meyerhof.
Untuk tanah lempung, sampel uji diambil dilapangan, dilaboratorium dilakukan
unconfined compression test untuk penentuan nilai kohesi (c) dan sudut geser
dalam.
Insitu vane test dilakukan langsung dilapangan untuk
tanah lempung sangat lunak. Nilai kuat geser tanah yang dpakai untuk menentukan
kuat / daya dukung tanah adalah nilau yang berlaku sampai kedalaman sekitar dua
kali lebar pondasi. Faktor keamanan pada analisis diambil minimal tiga (SF=3).
b.
Pondasi telapak diatas pasir. Tanah pasir asli dengan kohesi (c) nol,
dan sudut geser dalam dapat ditentukan di laboratorium, kemudian kuat atau daya
dukung tanah digunakan formula Terzaghi atau lebih tepat dengan formula
Meyerhof. Kuat atau daya dukung pasir lebih tinggi dari lempung, sehingga
terjadinya keruntuhan geser hampir tidak terjadi. Kemungkinan uji kepadatan
relatif (relatif density) pad pasir baik di lapangan (insitu) maupun di
laboratorium. Uji kepadatan dilapangan dilakukan dengan uji N-SPT dn di
laboratorium dengan uji berat volume pasir.
c.
Pondasi diatas tanah pasir-lempung. Kuat atau daya dukung tanah pasir
lempung lebih tinggi dari tanah pasir. Karena tanah mempunyai nilai c dan sudut
geser dalam. Kuat daya dukung tanah dihitung dengan formula Terzahi atau
Meyerhof.
d.
Jika jumlah luas pondasi-pondasi telapak pada analisis desain lebih
besar dari separuh luas bangunan lantai, lebih baik pondasi telapak dijadikan
satu sehingga merupakan plat yang luasnya sama dengan luas bangunan.
e.
Pondasi Terapung (floating
foundation). Istilah floating
foundation digunakan untuk pondasi plat diatas tanah lunak. Plat dibawah
bangunan ditata sedemukian, bagian dari basemen tidak rata, tapi berbeda
elevasi. Untuk jalan raya dan lapangan terbang penggunaan metoda cakar ayam
Prof. Soediyatmo, merupakan cara yang banyak digunakan.
Pondasi Telapak dapat
dilihat pada Gambar 1.
2.
Pondasi tiang (pile foundation)
Pondasi tiang
digunakan jika lapisan-lapisan atas tanah begitu lunak, sehingga tidak kuat
memikul beban bangunan jika memakai pondasi telapak atau pondasi plat. Desain
perencanaan pondasi tiang didasarkan:
a.
End/Point Bearing
Piles
b.
Friction Piles
3.
Pondasi sumuran (pier foundation).
BAB II
PONDASI DANGKAL / TELAPAK
2.1 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK
Pondasi telapak adalah
suatu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah-pondasi,
bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup baik yang mampu mendukung bangunan
pada muka tanah atau sedikit dibawah muka tanah.
Pondasi telapak
umumnya dibangun diatas tanah pendukung pondasi dengan membuat suatu tumpuan
yang bentuk dan ukurannya (dimensinya) sesuai dengan bangunan dan kuat/daya
dukung tanah.
Pondasi bangunan
dibedakan atas pondasi dangkal / telapak dan pondasi dalam, tergantung dari
perbandingan antara kedalaman atas pondasi (Df) dan lebar pondasi:
a.
Jika kedalaman dasar pondasi (Df) lebih kecil atau sama dengan lebar
pondasi (B), maka digunakan pondasi dangkal atau pondasi telapak.
b.
Jika kedalaman dasar pondasi (Df) lebih dari lima kali lebar pondasi
(B), digunakan pondasi tiang dalam.
Gambar 2 Pondasi
telapak (individual footing)
Kedalaman pondasi
telapak harus memperhatikan:
1.
Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan teratas tanah (top soils)
yang mengandung humus atay bahan organik atau sisa tumbuh-tumbuhan.
2.
Kedalaman tanah urug (sanitary land fill) atau tanah lunak lainnya
(peat, muck).
3.
Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau kembang susut.
4.
Kedalaman muka air tanah.
5.
Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan.
Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diatas, maka kedalaman dasar / alas
pondasi telapak di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,6 meter sampai 3
meter.
2.2 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK
1.
Model Terzaghi
Anggapan dasar pondasi
tidak licin, sehingga gesekan antara dasar pondasi dengan tanah cukup tinggi.
Bagian ABC (bawah pondasi). Bagian BCD merupakan radioal shear dan bagian BDE
merupakan tanah pasif. Kekuatan tanah diatas BE tidak diperhitungkan, beratnya
saja yang diperhatikan.
Berdasarkan model
keruntuhan tersebut. Dihasilkan formula Terzaghi untuk kuat / daya dukung
tanah.
2.
Model Meyerhof
Meyerhof mempergunakan
mode terzaghi sebagai pola keruntuhan tanah dibawah pondasi telapak. Tetapi
pada formula kuat / daya dukung tanah berbeda dengan formula Terzaghi.
Untuk formula Terzaghi
dibedakan dengan bentuk alas pondasi telapak, formula Meyerhof menggunakan
faktor bentuk, faktor kedalaman alas pondasi dan faktor kemiringan gaya beban.
2.3 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK
Pondasi dangkal /
telapak / langsung menurut bentuk konstruksinya dibagi menjadi empat tipe:
1.
Pondasi menerus (continous footing)
Pondasi mnerus biasa
digunakan untuk pondasi dinding pasangan, terutama pada bangunan / rumah tidak
bertingkat. Beban atap dan beban bangunan diteruskan ke tanah melalui pondasi
menerus sepanjang dindng bangunan.
Pondasi menerus dengan
dinding setengah bata, cukup diletakkan pada kedalaman 60 sampai 80 cm dibawah
muka tanah. Bahan yang digunakan cukup dari pasangan batu kali. Lebar alas
pondasi menerus umumnya sekitar 2,5 kali lebar tembok. Untuk menambah ketahanan
bangunan terhadap gempa, diantara dinding tembok dengan pondasi, ada sloof /
tie beam atau balok praktis disekeliling.
2.
Pondasi telapak (individual
footing)
Pondasi telapak yang
berdiri sendiri biasa digunakan untuk menumpu kolom bangunan. Bentuk pondasi
telapak adalah:
a.
Empat persegi panjang
b.
Bujur sangkar
c.
Lingkaran
Analisis desain
pondasi telapak dengan anggapan:
i.
Pelat pondasi kaku sempurna
ii.
Desakan beban yang terjadi pada tanah dibawah dasar pondasi berbanding
dengan penurunan pondasi.
iii.
Karena tanah tidak dapat menahan tegangan tarik, jika pada analisis
terjadi tegangan tarik, tegangan tarik tersebut harus diabaikan
Gambar Pondasi Telapak
Beban Sentris, Pusat Beban Berimpit Dengan Pusat Telapak
3.
Pondasi kaki gabungan (combined
footing)
a.
Bentuk empat persegi panjang
Gambar Potongan Tegak
dan Denah Pondasi Empat Persegi Panjang
Jika beban sentris, eksentrisitas nol dan momen nol,
pusat beban R berimpit dengan pusat telapak.
b.
Bentuk trapesium
Didesain jika L terbatas kolom-kolom rata dengan tepi
pondasi.
P1 > P2 -> B1 > B2
P1 < P2 -> B1 < B2
Beban sentris, eksentrisitas nol, momen nol, pusat
beban (R) berimpit dengan pusat pondasi.
c.
Bentuk T
d.
Strap footing
4.
Pondasi plat (mat footing, raft
footing)
0 komentar:
Posting Komentar