Selasa, 02 Februari 2016

Teknik Pondasi 1

02.39


BAB I

PONDASI

1.1 PENGERTIAN PONDASI

Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunanan pada lapisan tanah pendukung pondasi.
Untuk menentukan tipe pondasi perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.      Kondisi tanah pendukung pondasi,
2.      Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya,
3.      Batasan-batasan dari sekitarnya,
4.      Waktu dan biaya pekerjaan.
Tipe pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah pendukung pondasi antara lain:
1.      Tanah pendukung pondasi terletak pada muka tanah atau 2 sampai 3 meter dibawah muka tanah, maka digunakan pondasi telapak (spread foundation).
2.      Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter dibawah muka tanah, maka digunakan pondasi tiang.
3.      Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter dibawah muka tanah, jika penurunan diizinkan digunakan pondasi tiang friction pile, jika penurunan tidak diizinkan digunakan tiang pancang (pile driven foundation).
4.      Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalamaman sekitar 30 meter dibawah muka tanah, digunakan tiang baja atau tiang yang cor ditempat. Atau dengan pondasi kaison terbuka dan atau dengan kaison tertutup jika tekanan udara kurang dari 3 kg/cm2.
5.      Tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter dibawah muka tanah, digunakan tiang baja atau tiang beton.


1.2. PERENCANAAN PONDASI
Pada umumnya pondasi bangunana dapat dibagi dalam tiga golongan utama yaitu:
1.      Pondasi langsung (spread footings) dan pondasi plat (rafts foundation). Juga disebut pondasi dangkal dan pondasi plat atau pondasi terapung (floating foundation), dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.      Pondasi telapak dan pondasi plat diatas lempung kuat / daya dukung tanah lempung dapat ditentukan berdasarkan formula Terazaghi dan formula Meyerhof. Untuk tanah lempung, sampel uji diambil dilapangan, dilaboratorium dilakukan unconfined compression test untuk penentuan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam.
Insitu vane test dilakukan langsung dilapangan untuk tanah lempung sangat lunak. Nilai kuat geser tanah yang dpakai untuk menentukan kuat / daya dukung tanah adalah nilau yang berlaku sampai kedalaman sekitar dua kali lebar pondasi. Faktor keamanan pada analisis diambil minimal tiga (SF=3).
b.      Pondasi telapak diatas pasir. Tanah pasir asli dengan kohesi (c) nol, dan sudut geser dalam dapat ditentukan di laboratorium, kemudian kuat atau daya dukung tanah digunakan formula Terzaghi atau lebih tepat dengan formula Meyerhof. Kuat atau daya dukung pasir lebih tinggi dari lempung, sehingga terjadinya keruntuhan geser hampir tidak terjadi. Kemungkinan uji kepadatan relatif (relatif density) pad pasir baik di lapangan (insitu) maupun di laboratorium. Uji kepadatan dilapangan dilakukan dengan uji N-SPT dn di laboratorium dengan uji berat volume pasir.
c.       Pondasi diatas tanah pasir-lempung. Kuat atau daya dukung tanah pasir lempung lebih tinggi dari tanah pasir. Karena tanah mempunyai nilai c dan sudut geser dalam. Kuat daya dukung tanah dihitung dengan formula Terzahi atau Meyerhof.
d.      Jika jumlah luas pondasi-pondasi telapak pada analisis desain lebih besar dari separuh luas bangunan lantai, lebih baik pondasi telapak dijadikan satu sehingga merupakan plat yang luasnya sama dengan luas bangunan.
e.      Pondasi Terapung (floating foundation). Istilah floating foundation digunakan untuk pondasi plat diatas tanah lunak. Plat dibawah bangunan ditata sedemukian, bagian dari basemen tidak rata, tapi berbeda elevasi. Untuk jalan raya dan lapangan terbang penggunaan metoda cakar ayam Prof. Soediyatmo, merupakan cara yang banyak digunakan.
Pondasi Telapak dapat dilihat pada Gambar 1.
2.      Pondasi tiang (pile foundation)
Pondasi tiang digunakan jika lapisan-lapisan atas tanah begitu lunak, sehingga tidak kuat memikul beban bangunan jika memakai pondasi telapak atau pondasi plat. Desain perencanaan pondasi tiang didasarkan:
a.      End/Point Bearing Piles
b.      Friction Piles

3.      Pondasi sumuran (pier foundation).



BAB II

PONDASI DANGKAL / TELAPAK

2.1 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK

Pondasi telapak adalah suatu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah-pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup baik yang mampu mendukung bangunan pada muka tanah atau sedikit dibawah muka tanah.
Pondasi telapak umumnya dibangun diatas tanah pendukung pondasi dengan membuat suatu tumpuan yang bentuk dan ukurannya (dimensinya) sesuai dengan bangunan dan kuat/daya dukung tanah.
Pondasi bangunan dibedakan atas pondasi dangkal / telapak dan pondasi dalam, tergantung dari perbandingan antara kedalaman atas pondasi (Df) dan lebar pondasi:
a.      Jika kedalaman dasar pondasi (Df) lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi (B), maka digunakan pondasi dangkal atau pondasi telapak.
b.      Jika kedalaman dasar pondasi (Df) lebih dari lima kali lebar pondasi (B), digunakan pondasi tiang dalam.
Gambar 2 Pondasi telapak (individual footing)

Kedalaman pondasi telapak harus memperhatikan:
1.      Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan teratas tanah (top soils) yang mengandung humus atay bahan organik atau sisa tumbuh-tumbuhan.
2.      Kedalaman tanah urug (sanitary land fill) atau tanah lunak lainnya (peat, muck).
3.      Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau kembang susut.
4.      Kedalaman muka air tanah.
5.      Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diatas, maka kedalaman dasar / alas pondasi telapak di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,6 meter sampai 3 meter.

2.2 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK

1.      Model Terzaghi
Anggapan dasar pondasi tidak licin, sehingga gesekan antara dasar pondasi dengan tanah cukup tinggi. Bagian ABC (bawah pondasi). Bagian BCD merupakan radioal shear dan bagian BDE merupakan tanah pasif. Kekuatan tanah diatas BE tidak diperhitungkan, beratnya saja yang diperhatikan.
Berdasarkan model keruntuhan tersebut. Dihasilkan formula Terzaghi untuk kuat / daya dukung tanah.
2.      Model Meyerhof
Meyerhof mempergunakan mode terzaghi sebagai pola keruntuhan tanah dibawah pondasi telapak. Tetapi pada formula kuat / daya dukung tanah berbeda dengan formula Terzaghi.
Untuk formula Terzaghi dibedakan dengan bentuk alas pondasi telapak, formula Meyerhof menggunakan faktor bentuk, faktor kedalaman alas pondasi dan faktor kemiringan gaya beban.




2.3 PENGERTIAN PONDASI TELAPAK

Pondasi dangkal / telapak / langsung menurut bentuk konstruksinya dibagi menjadi empat tipe:
1.      Pondasi menerus (continous footing)
Pondasi mnerus biasa digunakan untuk pondasi dinding pasangan, terutama pada bangunan / rumah tidak bertingkat. Beban atap dan beban bangunan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dindng bangunan.
Pondasi menerus dengan dinding setengah bata, cukup diletakkan pada kedalaman 60 sampai 80 cm dibawah muka tanah. Bahan yang digunakan cukup dari pasangan batu kali. Lebar alas pondasi menerus umumnya sekitar 2,5 kali lebar tembok. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa, diantara dinding tembok dengan pondasi, ada sloof / tie beam atau balok praktis disekeliling.
2.      Pondasi telapak (individual footing)
Pondasi telapak yang berdiri sendiri biasa digunakan untuk menumpu kolom bangunan. Bentuk pondasi telapak adalah:
a.      Empat persegi panjang
b.      Bujur sangkar
c.       Lingkaran
Analisis desain pondasi telapak dengan anggapan:
                                i.            Pelat pondasi kaku sempurna
                              ii.            Desakan beban yang terjadi pada tanah dibawah dasar pondasi berbanding dengan penurunan pondasi.
                            iii.            Karena tanah tidak dapat menahan tegangan tarik, jika pada analisis terjadi tegangan tarik, tegangan tarik tersebut harus diabaikan


Gambar Pondasi Telapak Beban Sentris, Pusat Beban Berimpit Dengan Pusat Telapak

3.      Pondasi kaki gabungan (combined footing)
a.      Bentuk empat persegi panjang

Gambar Potongan Tegak dan Denah Pondasi Empat Persegi Panjang
Jika beban sentris, eksentrisitas nol dan momen nol, pusat beban R berimpit dengan pusat telapak.
b.      Bentuk trapesium
Didesain jika L terbatas kolom-kolom rata dengan tepi pondasi.
P1 > P2 -> B1 > B2
P1 < P2 -> B1 < B2
Beban sentris, eksentrisitas nol, momen nol, pusat beban (R) berimpit dengan pusat pondasi.
c.       Bentuk T

d.      Strap footing

4.      Pondasi plat (mat footing, raft footing)

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 zardhan. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top