Jumat, 05 Februari 2016

Tafsir Ibnu Katsir (Mukadimah & Pendahuluan Al-Fatihah)

18.07





Mukadimah
Tafsirnya (Ibnu katsir)  ini merupakan tafsir terbesar dan mengandung manfaat yang luar biasa banyaknya. Sebuah tafsir yang paling besar perhatiannya, terhadap manhaj tafsir yang benar, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir sendiri dalam mukadimah yang disampaikannya, "Metode penafsiran yang paling benar, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan al-Qur'an. Jika anda tidak dapat menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an, maka hendaklah anda menafsirkannya dengan hadits. Dan jika tidak menemukan penafsirannya di dalam al-Qur' an dan hadits, maka hendaklah merujuk pada pendapat para sahabat, karena mereka lebih mengetahui berdasarkan konteks dan kondisi yang hanya merekalah yang menyaksikannya, selain itu mereka juga rnemiliki pemahaman yang sempurna, pengetahuan yang benar, dan amal shalih. Namun jika tidak ditemukan juga, maka kebanyakan para imam merujuk kepada pendapat para tabi'in dan ulama sesudahnya."
Bagaimana cara tafsir yang terbaik? Sebaik-baik dan setepat-tepat cara ialah menafsirkan ayat dengan ayat Al-Qur’an, sebab ada kalanya yang disingkat di suaty ayat diperinci / dijelaskan dilain ayat, tetapi jika tidak mendapatkan pengertian dari ayat, maka kembalilah kepada sunaturrasul SAW. Sebab sunaturrasul itulah yang mensyarahkan Al-Qur’an dan menjelaskannya, sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Kami turunkan kitab kepadamu, melainkan supaya kau jelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, juga untuk menjadi petunjuk hidayat dn rahmat bagi kaum yang beriman (percaya).” (An-Nahl:64).
Karena itu pada Nabi SAW bersabda:
“Ingatlah sungguh aku telah dituruni (diberi) Al-Qur’an dan yang serupa dengan Al-Qur’an disamping Al-Qur’an  (yakni sunnaturrasul SAW). (HR. Abu Dawud dari Almiqdam bin Ma’di Karib RA.).
Sebab sunnaturrasul SAW. Itu juga sebagai wahyu yang turun pada Nabi SAW. Hanya berbeda letaknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Nabi Muhammad SAW itu berkata-kata menurutkan hawa nafsunya, tidak lain yang ia ajarkan semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah SWT kepadanya.” (An-Najm)
Tujuannya supaya saudara mencari tafsir ayat Al-Qur’an dari lain ayat. Jika tidak dapat maka carilah dari sunnaturrasul, sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW, kepada Mu’adz bin Jabal RA. Ketika mengutusnya ke Yaman:
Rasulullah SAW: “Dengan apakah anda akan menghukum?”
Mu’adz: “Dengan kitab Allah SWT.”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Dengan sunnaturrasul SAW”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Saya akan itjtihad sekuat fikiranku.”
Maka Rasulullah SAW menepuk dadanya sambil bersabda: “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah kepada apa yang memuaskan Rasulullah SAW. (HR. Ahlisunan dan Almusnad dengan sanad baik).
Yakni jika kita tidak mendapatkan tafsiran ayat itu dari ayat Al-Qur’an kemudian tidak menemukan keterangannya dalam sunnaturrasul, maka kita mencari pendapat sahabat Nabi SAW, sebab mereka lebih mengetahui masa turunnya ayat dan sebabnya dan keadaannya selain dari semua itu mereka orang-orang yang ikhlas dan ahli taqwa sehingga mereka mempunyai faham yang sempurna dan pengetahuan yang sehat, terutama ulama dan pemimpin mereka seperti khulafa’ arrasyidin dan telah mendapat hidayat.
Dan diantara ulama’ sahabat ialah Abdullah bin abbas RA, yang telah dido’akan oleh Nabi SAW.“Ya Allah pandaikan ia dalam agama, dan ajarkan kepadanya ilmu tafsir (Ta’wil Al-Qur’an)”.
“Sampaikanlah dari ajaranku walau hanya satu ayat, dan ceriterakan hal Bani israi’il dan tidak berdosa, siapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah menempatkan diri dalam neraka (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr RA.)


Arti “Surat”
Para ulama berbeda pendapat mengenai arti kata surat, dari kata apa ia diambil? Ada yang, berpendapat bahwa kata “surat” itu berasal dari 2 kata yang bermakna kejelasan dan ketinggian.
Artinya ketinggian dan penerangan, seakan-akan pembaca Al-Qur’an berpindah dari kedudukan (satu tingkatan)) ke tingkatan yang lebih tinggi, atau karena mulyanya. Ada juga yang mengatakan, disebut surat karena ia potongan dan bagian dari al-Qur'an yang berasal dari kata “sor”. Menurut penulis, boleh juga berasal dari rangkuman dan liputan terhadap ayat-ayat yang dikandungnya, seperti halnya pagar negeri disebut demikian karena meliputi rumah dan tempat tinggal penduduknya.


Sedangkan ayat merupakan tanda pemutus kalimat sebelumnya dengan yang sesudahnya, artinya terpisah dan tersendiri dari lainnya (ayat lanjutannya). Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya ayat (tanda) kekuasaanNya." (Qs. Al-Baqarah: 248).

Sedangkan yang dimaksud kalimat (kata) itu adalah satu lafaz saja, tetapi bisa juga terdiri dari dua huruf, misalnya “la” dan  ”ma”, dan lain sebagainya. Atau bahkan lebih dari dua huruf, dan paling banyak adalah sepuluh huruf, misalnya,”layastakh lifannahum”. Dan terkadang satu kalimah menjadi ayat. Abu seperti: “wal ashri, wal fajri, thaha, yasiin”. Amr ad-Daani mengatakan, “aku tidak mengetahui satu kalimah rnerupakan satu ayat kecuali firman Allah “muthaammatan” yang terdapat dalam surat ar-Rahman. Al-Qurthubi mengatakan, para ulama sepakat bahwa di dalam al-Qur' an tidak terdapat satu pun susunan kata yang aj'amiy (bukan bahasa Arab). Dan mereka sepakat bahwa di dalam al-Qur'an itu terdapat beberapa nama asing (non Arab) misalnya lafazh Ibrahim.


Disebut al-Fatihah artinya pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan al-Fatihah itu dibuka bacaan di dalam shalat. Anas bin Malik menyebutkan, al-Fatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhurul ulama. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda:Surah alhamdu lillahi rabbilaalamiin (al-Fatihah) adalah Ummul Qur'an, juga Ummul Kitab, dan as-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan al-Qur'anul Azhim."


Surat ini disebut juga dengan sebutan al-Hamdu dan ash-Shalah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah SAW, dari Rabbnya, Dia berfirman: ''Aku membagi shalat antara diriku dengan hamba-Ku menjadi 4 bagian.Jika, seorang hamba mengucapkan: 'alhamdulillahi rabbil 'alamin' maka Allah berfirman, Aku telah dipuji oleh hamba-Ku"


Al-Fatihah disebut ash-Shalah, karena al-Fatihah itu sebagai syarat sah-nya shalat. Selain itu, al-Fatihah disebut juga asy-Syifa'. Berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi dari Abu Sa'id, sebagai hadits marfu': "Fatiharul kitab itu merupakan syifa' (penyembuh) dari setiap racun."

Juga disebut ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa'id, yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang yang terkena sengatan, maka Rasulullah SAW bersabda: "Dari mana engkau tahu bahwa al-Fatihah itu adalah ruqyah. "

Surat al-Fatihah diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Demikian dikatakan Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abu al-'Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di Madinah (Madaniyah). Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha' bin Yasar, dan az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat al-Fatihah turun dua kali, sekali turun di Mekkah dan yang sekali lagi di Madinah. Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Allah SWT : Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab'an minal matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang)'~ (QS. Al-Hijr: 87). Wallahu a'lam.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 zardhan. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top