Mukadimah
Tafsirnya (Ibnu
katsir) ini merupakan tafsir terbesar
dan mengandung manfaat yang luar biasa banyaknya. Sebuah tafsir yang paling
besar perhatiannya, terhadap manhaj tafsir yang benar, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Katsir sendiri dalam mukadimah yang disampaikannya, "Metode
penafsiran yang paling benar, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan al-Qur'an. Jika
anda tidak dapat menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an, maka hendaklah anda
menafsirkannya dengan hadits. Dan jika tidak menemukan penafsirannya di dalam
al-Qur' an dan hadits, maka hendaklah merujuk pada pendapat para sahabat,
karena mereka lebih mengetahui berdasarkan konteks dan kondisi yang hanya
merekalah yang menyaksikannya, selain itu mereka juga rnemiliki pemahaman yang sempurna, pengetahuan yang
benar, dan amal shalih. Namun jika tidak ditemukan juga, maka kebanyakan para
imam merujuk kepada pendapat para tabi'in dan ulama sesudahnya."
Bagaimana cara tafsir yang terbaik? Sebaik-baik dan setepat-tepat cara
ialah menafsirkan ayat dengan ayat Al-Qur’an, sebab ada kalanya yang disingkat
di suaty ayat diperinci / dijelaskan dilain ayat, tetapi jika tidak mendapatkan
pengertian dari ayat, maka kembalilah kepada sunaturrasul SAW. Sebab
sunaturrasul itulah yang mensyarahkan Al-Qur’an dan menjelaskannya, sebagaimana
firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Kami turunkan kitab kepadamu, melainkan supaya kau
jelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, juga untuk menjadi
petunjuk hidayat dn rahmat bagi kaum yang beriman (percaya).” (An-Nahl:64).
Karena itu pada Nabi SAW bersabda:
“Ingatlah sungguh aku telah dituruni (diberi) Al-Qur’an dan yang serupa
dengan Al-Qur’an disamping Al-Qur’an
(yakni sunnaturrasul SAW). (HR. Abu Dawud dari Almiqdam bin Ma’di Karib
RA.).
Sebab sunnaturrasul SAW. Itu juga sebagai wahyu yang turun pada Nabi
SAW. Hanya berbeda letaknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan tiadalah Nabi Muhammad SAW itu berkata-kata menurutkan hawa
nafsunya, tidak lain yang ia ajarkan semata-mata wahyu yang diwahyukan Allah
SWT kepadanya.” (An-Najm)
Tujuannya supaya saudara mencari tafsir ayat Al-Qur’an dari lain ayat.
Jika tidak dapat maka carilah dari sunnaturrasul, sebagaimana tuntunan
Rasulullah SAW, kepada Mu’adz bin Jabal RA. Ketika mengutusnya ke Yaman:
Rasulullah SAW: “Dengan apakah anda akan menghukum?”
Mu’adz: “Dengan kitab Allah SWT.”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Dengan sunnaturrasul SAW”
Rasulullah SAW: “Jika anda tidak mendapatkannya?”
Mu’adz: “Saya akan itjtihad sekuat fikiranku.”
Mu’adz: “Saya akan itjtihad sekuat fikiranku.”
Maka Rasulullah SAW menepuk dadanya sambil bersabda: “Alhamdulillah
(segala puji bagi Allah) yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah
kepada apa yang memuaskan Rasulullah SAW. (HR. Ahlisunan dan Almusnad dengan
sanad baik).
Yakni jika kita tidak mendapatkan tafsiran ayat itu dari ayat Al-Qur’an
kemudian tidak menemukan keterangannya dalam sunnaturrasul, maka kita mencari
pendapat sahabat Nabi SAW, sebab mereka lebih mengetahui masa turunnya ayat dan
sebabnya dan keadaannya selain dari semua itu mereka orang-orang yang ikhlas
dan ahli taqwa sehingga mereka mempunyai faham yang sempurna dan pengetahuan
yang sehat, terutama ulama dan pemimpin mereka seperti khulafa’ arrasyidin dan
telah mendapat hidayat.
Dan diantara ulama’ sahabat ialah Abdullah bin abbas RA, yang telah
dido’akan oleh Nabi SAW.“Ya Allah pandaikan ia dalam agama, dan ajarkan
kepadanya ilmu tafsir (Ta’wil Al-Qur’an)”.
“Sampaikanlah
dari ajaranku walau hanya satu ayat, dan ceriterakan hal Bani israi’il dan
tidak berdosa, siapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah menempatkan
diri dalam neraka (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr RA.)
Arti “Surat”
Para ulama
berbeda pendapat mengenai arti kata surat, dari kata apa ia diambil? Ada yang,
berpendapat bahwa kata “surat” itu berasal dari 2 kata yang bermakna kejelasan
dan ketinggian.
Artinya
ketinggian dan penerangan, seakan-akan pembaca Al-Qur’an berpindah dari
kedudukan (satu
tingkatan)) ke tingkatan yang lebih tinggi, atau karena mulyanya. Ada juga yang
mengatakan, disebut surat karena ia potongan dan
bagian dari al-Qur'an yang berasal dari kata “sor”. Menurut penulis, boleh juga berasal dari rangkuman dan
liputan terhadap ayat-ayat yang dikandungnya, seperti halnya pagar negeri
disebut demikian karena meliputi rumah dan tempat tinggal penduduknya.
Sedangkan ayat merupakan tanda pemutus kalimat sebelumnya dengan yang
sesudahnya, artinya terpisah dan tersendiri dari lainnya (ayat lanjutannya). Allah
SWT berfirman, "Sesungguhnya ayat (tanda) kekuasaanNya." (Qs.
Al-Baqarah: 248).
Sedangkan yang
dimaksud kalimat (kata) itu
adalah satu lafaz saja, tetapi bisa juga terdiri dari dua huruf, misalnya “la” dan ”ma”, dan lain
sebagainya. Atau bahkan lebih dari dua huruf, dan paling banyak adalah sepuluh huruf, misalnya,”layastakh
lifannahum”. Dan terkadang satu kalimah menjadi ayat.
Abu seperti: “wal ashri, wal fajri, thaha, yasiin”. Amr ad-Daani mengatakan,
“aku tidak mengetahui satu kalimah rnerupakan satu ayat kecuali firman Allah
“muthaammatan” yang terdapat dalam surat ar-Rahman.
Al-Qurthubi mengatakan, para ulama sepakat bahwa di dalam al-Qur' an tidak
terdapat satu pun susunan kata yang aj'amiy
(bukan bahasa Arab). Dan mereka sepakat bahwa di dalam
al-Qur'an itu terdapat beberapa nama asing (non Arab)
misalnya lafazh Ibrahim.
Disebut al-Fatihah artinya
pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan al-Fatihah itu dibuka bacaan di
dalam shalat. Anas bin Malik menyebutkan, al-Fatihah itu disebut juga Ummul
Kitab menurut jumhurul ulama. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh
al-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda:Surah
alhamdu lillahi rabbilaalamiin (al-Fatihah) adalah Ummul Qur'an, juga Ummul
Kitab, dan as-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan
al-Qur'anul Azhim."
Surat ini disebut
juga dengan sebutan al-Hamdu dan ash-Shalah. Hal itu didasarkan pada sabda
Rasulullah SAW, dari Rabbnya, Dia berfirman: ''Aku membagi shalat antara
diriku dengan hamba-Ku menjadi 4 bagian.Jika, seorang hamba mengucapkan:
'alhamdulillahi rabbil 'alamin' maka Allah berfirman, Aku telah dipuji oleh
hamba-Ku"
Al-Fatihah
disebut ash-Shalah, karena al-Fatihah itu sebagai syarat sah-nya shalat. Selain
itu, al-Fatihah disebut juga asy-Syifa'. Berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi
dari Abu Sa'id, sebagai hadits marfu': "Fatiharul kitab itu merupakan syifa'
(penyembuh) dari setiap racun."
Juga disebut
ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa'id, yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang
yang terkena sengatan, maka Rasulullah SAW bersabda: "Dari mana engkau
tahu bahwa al-Fatihah itu adalah ruqyah. "
0 komentar:
Posting Komentar